Kweekschool Fort de Kock, Tonggak Awal Pendidikan di Sumatera Barat. Pemberlakuan sistem tanam paksa kopi membuat Belanda membutuhkan tenaga-tenaga lokal untuk membantu pengelolaan administrasi. Dengan alasan tersebut akhirnya Belanda mulai memperkenalkan sistem pendidikan di Sumatera Barat dengan mendirikan beberapa sekolah nagari, terutama di daerah-daerah pusat penghasil kopi, seperti Solok, Bukittinggi, Payakumbuh, dan Painan (Soemargono, 1992). [1]
Pendirian sekolah tersebut dilakukan pada masa residen Steinmetz (1837 – 1848). Sistem pendidikan tersebut pada awalnya hanya bertujuan untuk mencetak tenaga administrasi yang bisa baca – tulis, tetapi akhirnya berubah ke arah yang sejajar dengan tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
Sekolah-sekolah mulai banyak didirikan dengan tingkatan yang beragam. Sebut saja Sekolah Raja (Kweekschool) yang didirikan pada 1 April 1856 di Bukittinggi di bawah pimpinan asisten residen Solok, Van Ophuijsen, kemudian MOSVIA, MULO, HIS, sekolah kepolisian, dan Sekolah Pamong Praja yang pertama di Indonesia. Sejak berkembangnya sarana pendidikan tersebut, Bukittinggi menjadi pusat pendidikan di Padang Daratan (Amran, 1985, 1988). [2,3]
Sumber:
Pemanfaatan Cagar Budaya sebagai Pariwisata Pusaka di Kota Bukittinggi,
oleh Faisal Zulfi @tourpreneur (2017)
Foto diolah dari:
Siswa Kweekschool Fort de Kock tahun 1908,
oleh Suryadi @niadilova (2017)
Artikel diolah dari:
[1] Profil Propinsi Sumatera Barat,
oleh K. Soemargono (1992)
[2] Sumatera Barat: Plakat Panjang,
oleh R. Amran (1985)
[3] Sumatera Barat: Pemberontakan Pajak Tahun 1908,
oleh R. Amran (1988)