Bukittinggi – Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI) Bukittinggi berhasil meraih dua penghargaan pada ajang Anugerah Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) 2024.
RRI Bukittinggi menerima penghargaan pada kategori Budaya Radio Terbaik dan Feature Radio Terbaik.
Penghargaan ini diterima langsung oleh Kepala Stasiun RRI Bukittinggi, Budi Suwarno, S.Sos., M.Mpd., di Hotel Truntum Padang, Rabu (11/12/2024).
“Saya ucapkan selamat dan terima kasih untuk yang berhasil menang maupun masuk dalam nominasi. Meski baru dua dari empat nomine, saya merasa bangga dengan pencapaian tahun ini. Ini menunjukan RRI masih jadi barometer siaran radio di daerah. Dari 7 kategori radio, dua diraih RRI Bukittinggi dan dua diraih RRI Padang, sisanya oleh radio swasta”, ujar Budi.
Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi Ansharullah berharap agar lembaga penyiaran bersama Komisi Penyiaran Informasi Daerah (KPID) terus memastikan bahwa anak dan remaja dapat mengakses siaran yang positif, dan terhindar dari konten siaran bernilai negatif. Termasuk di antaranya, siaran yang terbiasa diakses melalui gawai pintar (gadget).
“Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran telah memberikan kewenangan bagi pemerintah melalui KPI untuk mengawasi siaran-siaran yang disajikan oleh lembaga penyiaran. Termasuk juga memberikan kewenangan untuk mengapresiasi karya-karya positif yang diproduksi oleh lembaga penyiaran,” ujar Mahyeldi mengawali sambutannya.
Tema yang diangkat dalam Anugerah Penyiaran KPID Sumbar tahun ini, sambung Mahyeldi, yaitu Sinergi Kearifan Lokal dan Transformasi Digital dalam Penyiaran Daerah, sangat relevan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman hari ini. Terlebih, dalam hal membentengi generasi muda dari siaran-siaran berupa konten atau pun pemberitaan yang negatif.
“Tema ini mendorong semangat kita untuk memproduksi siaran yang lebih informatif dan edukatif, serta mempromosikan kearifan lokal. Selain itu, kita harus menyadari pentingnya membentengi anak-anak dari konten atau pemberitaan negatif, yang kerap menjadi pemicu bagi mereka untuk melakukan perbuatan yang negatif pula,” ujar Mahyeldi lagi.