Hotel Amali, Satu-satunya Hotel di Bukittinggi yg Dipenuhi Barang Antik

Hotel Amali, Satu-satunya Hotel di Bukittinggi yg Dipenuhi Barang Antik

Satu-satunya Hotel di Bukittinggi yg Dipenuhi Barang Antik – Ada yang berbeda jika anda mengunjungi Hotel Amali Bukittinggi. Ya, suasana tempo dulu akan kental terasa jika berada di hotel ini, karena hampir di setiap sudutnya dipajang benda-benda kuno atau barang antik yang berusia puluhan hingga ratusan tahun.

Barang antik ini mulai tampak ketika anda berada di sekitar ruang lobi dan resepsionis, karena di sana terpajang puluhan jam dinding tua yang terawat dengan baik. Di sini anda juga akan melihat benda kuno lainnya seperti piano klasik, radio kuno, piring-piring kuno, kendi kuno, timbangan kuno dan yang lainnya.

Jika anda berjalan di koridor, juga akan banyak ditemui aksesoris kuno yang sulit untuk didapatkan saat sekarang ini.

Bahkan jika anda berada dalam kamar-pun masih merasakan nuansa antiknya, karena tempat tidur dan lemari pakaian yang disediakan juga telah berusia tua. Tapi kondisinya sangat terawat dan dalam kondisi bagus. Begitu juga ketika masuk kamar mandi anda juga akan dihadapkan dengan cermin kuno.

Banyaknya barang antik yang memenuhi hotel ini juga bisa membuat anda merasa berada di museum barang antik. Tak sedikit tamu hotel ini mengabadikan foto benda-benda kuno yang banyak terpajang.

“Jumlahnya sangat banyak, lebih dari seribu koleksi. Bahkan masih banyak barang antik yang tidak bisa dipajang di hotel ini. Saya tidak tahu persis jenis dan usia benda kuno itu, karena saya awam di bidang itu,” kata Hairussaleh selaku Marketing Eksekutif Hotel Amali Bukittinggi, Kamis 22 September 2016.

Menurut Hairussaleh atau yang akrab disapa Khairul, banyaknya barang antik ini karena pemilik hotel tersebut merupakan kolektor barang antik, yang saat ini tinggal di Jakarta. Tapi ia mengatakan, semua barang antik itu hanya untuk pajangan, bukan untuk diperjual belikan.

“Pak Haji Masrul selaku pemilik hotel ini memang hobi dengan barang antik. Dulu beliau memang pernah menjual barang antik di Jalan Minangkabau dan Jalan Ahmad Yani Bukittinggi,” sambung Khairul.

Ia melanjutkan, dulunya hotel ini merupakan rumah kediaman sang pemilik. Tapi semenjak tiga tahun yang lalu, rumah itu berubah fungsi menjadi hotel. Interior hotel-pun disesuaikan dengan hobi sang pemilik.

“Tak hanya warga asal Sumbar, tapi tamu-tamu luar Sumbar dan dari mancanegara juga pernah menginap di sini, seperti dari Malaysia dan Eropa,” ungkap Khairul.

Saat ini, hotel tiga lantai tersebut memiliki 18 kamar yang menawarkan tipe standar, superior, family dan deluxe, dengan tarif berkisar Rp350 ribu hingga Rp700 ribu per-kamar untuk satu malam.

Hotel ini sendiri terletak di Jalan Cindua Mato Bukittinggi, yang berjarak sekitar 20 meter dari gerbang Taman Marga Satwa Budaya Kinantan (TMSBK) atau Kebun Binatang Bukittinggi, arah Pendakian Wowo.