Kupiyah Minangkabau Menjadi Budaya Nasional

Kupiyah Minangkabau Menjadi Budaya Nasional

Kupiyah Minangkabau sepertinya sudah menjadi budaya nasional dan sudah umum dipakai di berbagai daerah di Indonesia.

Kata ‘Kupiyah’ berasal dari Bahasa Arab yaitu “Keffiyeh” atau ‘Kufiya’ yang oleh lidah Melayu menjadi Kopiah atau Kupiyah.

Kupiyah / Kopiah atau orang-orang pada masa sekarang mengenalnya dengan sebutan ‘Peci’. Merupakan salah satu aksesoris berpakaian kaum lelaki di Minangkabau dan Melayu yang kini telah menjadi Budaya Nasional.

Kupiyah telah menjadi salah satu jati diri nasional Indonesia jauh sebelum negara ini dibentuk. Pada masa pergerakan politik pada awal abad ke-20 Kupiyah telah digunakan oleh politikus nasionalis Indonesia untuk menunjukkan ciri sebagai sebuah bangsa.

Dalam perkembangannya, penggunaan Kupiyah sebagai salah satu ciri pakaian lelaki Minangkabau (dan Melayu) boleh dikata hampir hilang. Kupiyah hanya dipakai disaat hendak shalat, menghadiri acara adat, atau dipakai oleh para lelaki tua dan penghulu (datuak) yang merupakan salah satu pakaian wajib mereka.

Kupiyah terbuat dari kain beludru bewarna hitam, dijahit dan dibuat oleh tangan-tangan orang Minangkabau sendiri. Bagi para penghulu (Datuak), mereka akan menambahkan ‘lilik’ pada kupiyah mereka. Hal ini guna memudahkan orang-orang mengidentifikasi bahwa penggunanya merupakan seorang penghulu.

Lilik ini di buat dari kain Suto atau sutra hitam dengan pola seperti gunung. Rendah di bagian depan lalu naik meninggi di bagian tengah, lalu menurun lagi arah belakang, melingkari sekeliling peci dengan pola yang sama dibagian kiri dan kanan.

Filosofi yang terkandung dalam pola ini adalah, pemakai Kupiah ini adalah orang yang memegang erat hukum adat , baik pada strata tertinggi di pemerintahan, begitu juga di tengah masyarakat biasa dengan segala macam kondisinya, serta di lingkungan keluarga yang terdiri dari bermacam usia, laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin.

Datuak adalah benteng bagi kaumnya, yang memagari mereka dari serbuan begitu banyak budaya asing yang datang dari luar. Serta kepada dia pulalah para anggota keluarga dalam adatnya meminta bantuan memecahkan berbagai persoalan yang timbul di tengah keluarga sendiri, atau yang berhubungan dengan keluarga lain di luar lingkungan suku mereka.

 

Sumber :

https://www.kompasiana.com/diankelana/55011927813311091bfa8115/berkelana-di-ranah-minang-37-hati-hati-memakai-peci-di-ranah-minang

https://cultureandbukittinggi.blogspot.com/2021/05/kupiyah-11.html

oleh : saidi.bandaro/2021


Bukittinggiku Media Pratama, yang saat ini dikenal dengan @bukittinggiku merupakan portal informasi Kota Bukittinggi yang berbasis pada website dan sosial media.

@bukittinggiku berdiri secara independent di bawah naungan CV. Bukittinggiku Media Pratama dan di bawah lindungan Allah SWT sejak tahun 2011.

 

Bukittinggiku x Gadang Salero

Gadang Salero adalah program binaan dari bukittinggiku.com yang memfasilitasi UMKM di Bukittinggi & Agam untuk mempromosikan produk mereka secara cuma-cuma melalui platform digital. Tim Gadang Salero dibentuk oleh anak-anak muda Bukittinggi & Agam yang peduli terhadap pertumbuhan dan kualitas UMKM di kota kelahiran mereka.

Program ini diharapkan juga bisa bersinergi dengan Pemkot Bukittinggi dan Pemkab Agam dalam rangka membantu pelaku UMKM yang terdampak pandemi Covid-19. Nah, bagi kamu yg usaha nya ingin dipromosikan secara gratis, silahkan follow dan kirimkan DM ke akun @gadangsaleroooo.